ANALISA FINANCIAL LEVERAGE

Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Kalau pada “operating leverage” penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada “financial leverage” penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (Riyanto, 2008).

Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan dana dengan beban tetap, seperti halnya masalah operating leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap (Riyanto, 2008).

Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Kalau perusahaan dalam menggunakan dana dengan beban tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) yaitu dalam bentuknya memperbesar EPS-nya (earning per share), dikatakan perusahaan itu menjalankan “trading on the equity” (Riyanto, 2008)

“trading on the equity” dapat didefinisikan sebagai penggunaan dana yang disertai dengan beban tetap dimana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada beban tetap tersebut. (Riyanto, 2008).

Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternatif metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri atau pemegang saham biasa. (Riyanto, 2008)

Kebutuhan dana suatu perusahaan dapat sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa, atau sebagian dengan saham biasa dan sebagian lain dengan saham preferen atau obligasi, dimana dua sumber dana yang terakhir adalah disertai dengan beban tetap (dividen saham preferen dan bunga). (Riyanto, 2008).

Untuk menentukan “income effect” dari berbagai pembayaran (mix) atau berbagai alternatif metode pembelanjaan terhadap pendapatan pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) perlulah diketahui tingkat EBIT (Earning Before Interest & Tax) yang dapat menghasilkan EPS (Earning Per Share) yang sama besarnya antara berbagai pertimbangan atau alternatif pemenuhan dana tersebut. (Riyanto, 2008).

Tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama besarnya pada berbagai perimbangan pembelanjaan (financing mix) dinamakan “Indifference Point” atau “Break-event point” (dalam financial leverage). (Riyanto, 2008).

“Indifference Point” antara Hutang dengan Saham Biasa
Pembedaan tingkat EBIT akan mempunyai “income effect” yang berbeda terhadap EPS pada berbagai perimbangan pembelanjaan atau “financing mix”. Pada suatu tingkat EBIT tertentu, suatu perimbangan pembelanjaan Hutang  - Saham Biasa 40 – 60 (atau leverage factor 40%) mempunyai “income effect” yang paling besar terhadap EPS dibandingkan dengan perimbangan yang lain, misalkan 15 – 85 (LF 15%). Apabila tingkat EBIT turun misalkan, maka mungkin perimbangan yang lain yang mempunyai efek paling menguntungkan terhadap EPS. (Riyanto, 2008).

Untuk dapat mengetahui perimbangan pembelanjaan yang mana yang mempunya “income effect” yang terbesar terhadap EPS pada setiap tingkat EBIT, maka perlulah ditentukan lebih dahulu “indifference point” antara berbagai perimbangan pembelanjaan tersebut. (Riyanto, 2008).

Analisis “indifference point” ini sering pula disebut “analisis EBIT – EPS”. (Riyanto, 2008).

Gambaran mengenai efek dari financial leverage terhadap pendapatan per lembar saham (EPS) -1



Gambaran mengenai efek dari financial leverage terhadap pendapatan per lembar saham (EPS) -2
jika EBIT = Rp. 60.000,00



Gambaran mengenai efek dari financial leverage terhadap pendapatan per lembar saham (EPS) -3
jika EBIT = Rp. 120.000,00



Gambaran mengenai efek dari financial leverage terhadap pendapatan per lembar saham (EPS) -4
jika EBIT = Rp. 100.000,00



Penjelasan tentang Gambaran mengenai efek dari financial leverage terhadap pendapatan per lembar saham (EPS)

Dari tabel-tabel di atas dapat disajikan bahwa:
pada tingkat EBIT Rp 60.000,00, alternatif yang mempunyai efek pendapatan yang paling besar terhadap EPS adalah alternatif III dimana EPS-nya adalah Rp 1,50, sedangkan alternatif I dan II masing-masing sebesar Rp 0,83 dan Rp 1,32.
pada tingkat EBIT Rp 120.000,00 keadaannya berubah, bukan lagi alternatif III yang paling besar ”income effect”nya terhadap EPS, melainkan alternatif I yang paling baik dimana EPS nya sebesar Rp 3,33 sedangkan alternatif II dan III masing-masing sebesar Rp 3,09 dan Rp 3,0.
Pada Tingkat EBIT Rp 100.000,0 ternyata merupakan ”indifference point” dari Hutang - Saham Biasa, dimana pada tingkat EBIT tersebut EPS pada berbagai alternatif adalah sama yaitu Rp 2,50.
Sumber : Riyanto (2008)

Rumus Indifference point

Indifference point saham vs obligasi :
  = x (1-t)  = (x-c) (1-t)
                    S1           S2
X : EBIT pada indifference point
C: jumlah bunga obligasi yang dinyatakan dalam rupiah
t : tingkat pajak perseroaan
S1 : jmlh lembar saham biasa yang beredar kalau hanya menjual saham biasa
S2 :  jmlh lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa dan obligasi secara bersama-sama
Sumber : Riyanto (2008)

Contoh 1
Dengan menggunakan rumus pada  sebelumnya, indifference point dari contoh di atas dengan mengambil alternatif I dan III dapat dihitung sbb.:
= x (1-t)  = (x-c) (1-t)
       S1           S2
=  0,5 X    =   0,5 (x -40.000)
    20.000          12.000
0,5 X     (12.000) =   20.000 (0,5x -20.000)
6000 x = 10.000 x – 400.000.000
4.000x = 400.000.000
X = 100.000

Contoh 2
Dengan menggunakan rumus pada slide sebelumnya, indifference point dari contoh di atas dengan mengambil alternatif II dan
III dapat dihitung sbb.:
= x (1-t)  = (x-c) (1-t)
       S1           S2
=  0,5 X    =   0,5 (x -15.000)
    20.000          17.000
0,5 X     (17.000) =   20.000 (0,5x – 7.500)
8500 x = 10.000 x – 150.000.000
1500x = 150.000.000
X = 100.000
Jk sebelumnya perusahaan telah menggunakan obligasi dan akan mengeluarkan obligasi baru, maka rumus perhitungan indifference point menjadi :
= (x-c1) (1-t)  = (x-c2) (1-t)
             S1           S2
X : EBIT pada indifference point
C1 : bunga obligasi lama
C2 : bunga beban lama dan baru
S1 : jmlh lembar saham biasa yang beredar kalau tambahan dana dipenuhi dengan hanya menjual saham biasa
S2 :  jmlh lembar saham biasa yang beredar kalau tambahan dana dipenuhi dengan hanya mengeluarkan obligasi baru atau mengeluarkan obligasi  bersama-sama dengan saham biasa baru.
Sumber : Riyanto (2008)

Contoh :
Suatu perusahaan mempunyai modal sebesar Rp 1.000.000,00 yang terdiri dari saham biasa sebesar Rp 800.000,00 (800 lembar) dan Obligasi sebesar Rp 200.000,00. (bunga obligasi sebesar 4%) Perusahaan merencanakan mengadakan perluasan usaha dan untuk itu diperlukan tambahan dana sebesar Rp 200.000,00. Tambahan dana itu akan dapat dipenuhi dengan emisi saham baru atau dengan mengeluarkan obligasi baru dengan bunga 6 % per tahun. Tax rate = 50%.
Berdasarkan rumus di atas maka besarnya  indifference point dapat dihitung sbb.:
Jawab 1

C1 = Jumlah bunga dari pinjaman yang telah ada. 4% x Rp 200.000,00  =  Rp 8.000,00
C2 = Jumlah bunga dalam untuk pinjaman lama dan pinjaman baru.
            =(4% x Rp 200.000,00) + (6% x Rp 200.000,00)
                 pinjaman lama               pinjaman baru
S1 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau tambahan dana sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa.
a) lembar saham biasa yang telah ada   =    800 lembar
b) lembar saham baru                             =    200 lembar +
                  Jumlah                                   = 1.000 lembar
S2 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau tambahan dana sepenuhnya dipenuhi dengan menjual obligasi baru yaitu sebanyak 800 lembar
Jawab 2
Saham Biasa versus Obligasi :
= (x -c1) (1-t)  = (x-c) (1-t)
             S1           S2
=     (X-8000)(0,5 )    = (x -8000 -12.000) (0,5 )
                   1.000            800
=       0,5 X - 4.000 =   0,5x – 10.000
               1.000               800
=       (0,5 X - 4.000) .(800 )=   (0,5x – 10.000) (1000)
=       400X -3.200.000 = 500X -10.000.000
=         -100 X = -6.800.000
X = 68.000


Bukti bahwa Tingkat EBIT yang menghasilkan EPS yang sama besarnya pada berbagai alternatif pembelanjaan adalah sebesar Rp 68.000,00


Indifference Point” antara Saham Preferen dengan Saham Biasa
Pada prinsipnya cara perhitungan indifference point saham preferen – saham biasa, sama dengan perhitungan indifference point hutang – saham biasa, hanya pada saham preferen perlu ada penyesuaian atau adjustment. Adjustment perlu diadakan karena bunga hutang merupakan “tax deductible expense” yang berarti mengurangi pendapatan yang dikenakan pajak (taxable income), sedangkan dividen saham preferen bukan merupakan “tax deductible expense”. Bunga dikurangi dari EBIT, sedangkan dividen saham preferen diambilkan dari EAT. Tingkat bunga dihitung atas dasar sebelum pajak (before tax basic) sedangkan dividen saham preferen atas dasar sesudah pajak (after tax basic).
Deviden saham preferen atas dasar sebelum pajak = 1/ (1-t)
Keterangan: t adalah tingkat pajak penghasilan
contoh : hutang diganti dengan saham preferen dengan tingkat dividen preferen 5% per tahun, sehingga alternatif pembelanjaannya menjadi sbb.




Contoh 2
Sebagai langkah pertama adalah mengadakan adjustment mengenai dividen dari “after tax basic” menjadi “before tax basic”, misalnya dengan mengambil alternatif I dan III
Dividen saham preferen atas dasar sebelum pajak
              = (1/0,5) (5% x Rp. 800.000,00)
              = (1/0,5) X40.000
              = 80.000

Contoh 3
indifference point antara saham biasa dengan saham preferen sbb.:
 =  0,5 X    =   0,5 (x -80.000)
    20.000          12.000
0,5 X     (12.000) =   20.000 (0,5x - 80.000)
6000 x = 10.000 x – 800.000.000
4.000x = 800.000.000
X = 200.000


sumber:  Prof. Dr. Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. 

Postingan terkait: